Aug 8, 2013

St. Augustinus : Pandangan - dunia kristen


Selama sejarah agama Kristen yang mula2, banyak orang yang terpelajar, "para bapa gereja", menjelaskan dan membela ajaran-ajaran gereja. Sebagian besar dari para bapa mula-mula yang terkemuka menulis dalama bahasa Yunani, tetapi pada pertengahan abad ke 4, ada 3 penulis Latin yang besar - St. Jerome, St. Ambrose dan St. Augustinus - mempengaruhi secara mendalam perjalanan Agama Kristen di Barat.

St. Jerome (340 - 420 M) menulis tentang kehidupan lima orang suci dan mendukung penyebaran kehidupan membiara. Tetapi prestasi terbesarnya ialah penerjemah Perjanjian Lama dan Baru dari bahasa Ibrani, Yunani ke dalam bahasa Latin. Teks Jerome yg umum, atau Vulgate, versi Injil, menjadi edisi resmi Injil untuk gereja Barat.

St. Ambrose (340 - 397 M), uskup Milan, Italia, memerintahkan kaum pendeta untuk bersikap manusiawi kpd kaum miskin, orang lanjut usia, orang sakit, dan yatim piatu. Ia mendesak agar kaum pendeta tidak mengejar kekayaan tetapi melaksanakan kerendahan hati dan menghindari keutamaan orang kaya diatas orang miskin. Ambrose berusaha membela otonomi gereja terhadap kekuasaan negara. Ucapannya bahwa "sang Kaisar ada didalam gereja, bukan diatasnya" menjadi prinsip utama gereja Zaman Pertengahan.

Teori kristen yang paling penting pd masa kekaisaran roma akhir adalah st. Augustinus (354 - 430M) , uskup Hippo di Afrika Utara dan pengarang The city of God. Augustinus menjadi arsitek utama sudut pandang Kristen yg mengantikan suatu klasisme yang sedang sekarat.

Pada thn 410, ketika Augustinus berusia lima puluhan, bangsa Visigoth merampok Roma - bencana yang tidak siap dihadapi oleh kesadaran Klasik. Rakyat yg ada di seantero kekaisaran panik. Orang2 non kristen menyalahkan orang kristen akan tragedi itu. Bahkan orang kristenpun mengungkapkan kecemasannya. mengapa orang baik menderita juga? dimana kerajaan Tuhan di bumi yang telah di sebutkan? didalam karyanya , the city of God, Augustinus bersikera bahwa kota duniawi tidak pernah menjadi pusat perhatian orang kristen. Oleh karena itu , kemalangan Roma janganlah terlalu mengecewakan orang Kristen karena seorang kristen sejati adalah seorang warga kota sorgawi yg tidak dapat dijarah oleh bangsa2 barbar yg tidak beriman melaikan akan bertahan selamanya. Dibandingkan dengan kota surgawi , roma dan keruntuhannya tidak penting. Apa yg benar2 penting di dalam sejarah, bukanlah datang dan berlalunya kota2 dan kekaisaran2 melainkan masuknya individu ke surga atau ke neraka.

Namun demikian , Augustinus tidak menganggap bahwa dengan kematiannya Kristus telah membuka pintu surga bagi semua orang, sebagain besar umat tetap terhukum untuk penghukuman yg abadi, hanya sebagian orang yang mendapat rahmat iman dan janji surga. Dengan usahanya sendiri , orang2 tidak dapat mengatasi kodratnya yg penuh dosa; pembaharuan moral dan rohaniah tidak berasal dari kekuatan kehendak manusia tetapi dari rahmat Tuhan. Sejumlah kecil orang yg mendapatkan rahmat Tuhan menghuni kota Tuhan. Orang2 ini hidup di bumi hanya sebagai pengunjung, karena mereka menunggu penyelamatan Kerajaan Kristus. Sebagaian besar penghuni kota duniawi ditakdirkan untuk menjlani hukuman abadi di neraka. Konflik abadi terjadi di antara kedua kota dan diantara para penghuninya; kota satunya mempertahankan dosa dan kecurangany ; kota lainnya setia kepada kebenaran dan kesempuranaan Tuhan. 

Bagi Augustinus, kebaikan tertinggi tidak berasal dari dunia ini tetapi dari kehidupan abadi bersama Tuhan. Pembedaannya di antara dunia kesemputnaan yg lebih tinggi dan duni kecurangan lebih rendah sangat berpengaruh pada zaman pertengahan.

Augustinus tidak mau mengakui ciri humanisme klasik yg menonjol- otonomi akal budi. Baginya, kebijaksanaan tetinggi tidak dapat dicapai melalui pemikiran rasional saja; akal budi harus dibimbing oleh iman. Tanpa iman , tidak akan ada pengetahuan sejati, tidak ada pengertian. filsafat tidak mempunyai keabsahan jika tidak terlebih dahulu menerima kebenaran mutlak eksistensi Tuhan dan otoritas wahyuNya. Dengan demikian , augustinus menjunjung tinggi keunggulan iman. Tetapi ia tidak perlu memandang bahwa akal budi sebagai musuh iman, dan ia tidak menyerukan pengakhiran spekulasi rasional. Apa yg dia sangkal dari pandangan klasik ialah bahwa akal budi saja tidak dapat mencapai kebijaksanaan. Kebijaksanaan yg dicari Augustinus adalah kebijaksanaan kristen , wahyu Tuhan kepada manusia. Titik tolak dari kebijaksanaan kristen, Wahyu Tuhan kepada manusia. Titik tolak dari kebijaksaan ini ia berkata adalah kepercayaan kepada Tuhan dan kitab suci. Bagi Augustinus, pengetahuan sekuler demi dirinya sendiri memiliki nilai yg sedikit; arti sejati pengetahuan terletak pada perannya sebagai alat untuk memahami kehendak Tuhan. Augustinus menyesuaikan tradisi intelektual klasik dgn persyaratan2 wahyu kristen.

Bersama Augustinus, sudut pandang humanisme klasik yg berpusat pada manusia yg selama berabad2 telah mengalami transformasi memberi jalan kepada pandangan dunia yg berpusat pada Tuhan. Pengenapan kehendak Tuhan , bukan pengembangan penuh bakat manusia , itulah yg menjadi pusat perhatian kehidupan.


sumber : western civilization, A brief history - Marvin Perry, 2012

No comments:

Post a Comment